MEDAN | MEDIA24JAM.COM-,Tiur Ranna Yani Br Hutabarat mengaku menjadi korban kekerasan secara bersama-sama yang diduga dilakukan DN bersama 3 orang anaknya dan korban minta Polrestabes Medan untuk mengusut tuntas laporannya hingga bisa bermuara ke Pengadilan.
Kekerasan terhadap ibu rumah tangga (IRT) tersebut terjadi di Jalan Kelapa Kemiri Ujung Tanjung Gusta, Kecamatan Sunggal, Kabupaten Deli Serdang pada Minggu, 24 Oktober 2021 sekitar pukul 11.45 WIB.
Akibat penganiayaan tersebut, wanita berusia 36 tahun ini pun membuat laporan ke Polrestabes Medan dengan bukti laporan Nomor: STLP/2134/X/2021/SPKT Polrestabes Medan Polda Sumut. Tanggal 24 Oktober 2021 Pukul 15.12 Wib, dengan tindak pidana UU No.1 Tahun 1964, tentang KUHP Pasal 170 Jo 351 KUHPidana.
Kuasa hukum korban, Minardo Hutabarat SH dan Cindy Doloksaribu SH Sabtu (22/1/2022) sore mengatakan dalam kasus dugaan kekerasan secara bersama-sama yang dialami korban, kita telah melaporkan 4 orang terduga pelaku ke Polrestabes Medan.
“Dalam kasus ini, ada 4 orang yang kita laporkan, yakni berinisial DN, YS, YNS dan WGS. Mereka diduga melakukan tindak pidana UU Nomor 1 Tahun 1946 Tentang KUHP Pasal 170 Jo 351 KUHPidana,” katanya kepada wartawan, Sabtu, 22 Januari 2022.
Kendati demikian, sambung Minardo, tindak lanjut dari pihak Polrestabes Medan malah mengatakan bahwa kasus tersebut melanggar Pasal 352 KUHPidana. Sementara dalam video dugaan kekerasan secara bersama-sama tersebut layak diterapkan Pasal 351 Jo Pasal 170 KUHPidana.
“Karena dalam video tersebut, kekerasan yang dialami klien kita dilakukan secara bersama-sama dan diduga bukan dilakukan satu orang,” katanya.
Jadi, kata Minardo, seharusnya pihak kepolisian Polrestabes Medan bisa bertindak lebih baik dan mengusut tuntas laporan klien kita atas dugaan kekerasan secara bersama-sama.
“Kita meminta agar pihak Polrestabes Medan secepatnya menindak lebih lanjut, jangan biarkan klien kita ini menunggu keadilannya, karena sampai saat ini belum ada kepastian hukum,” ujarnya.
Minardo menegaskan jika laporan kasus dugaan kekerasan secara bersama-sama ini tidak dilanjutkan pihak Polrestabes Medan, maka mereka akan menyurati Mabes Polri Komisi III DPR RI, Komite I DPD RI, Komnas HAM, Kompolnas serta akan melapor ke Propam.
“Jika laporan kita ini tidak dilanjuti, maka kita akan menyurati Mabes Polri, Komisi III DPR RI, Komite I DPD RI, Komnas HAM, Kompolnas serta membuat laporan ke Propam,” tegasnya.
Sementara itu keluarga korban, Darwin Harahap berharap agar kasus ini menjadi pelajaran, janganlah sewenang-wenang merendahkan orang.
“Janganlah dia sewenang-wenang dengan orang yang tidak mampu, Kalau kita dianggap miskin, seperti yang dibilang dia itu dan mengatakan kepada korban miskin dan jelek. Kita berharap pihak kepolisian bisa memberikan keadilan bagi korban yang dikatakan miskin dan jelek, jadikanlah hukum sebagai panglima. Salahkan yang salah, benar kan ya benar. Jangan yang benar disalahkan, yang salah dibenarkan. Inilah harapan kami,” ujarnya.
Sebelumnya, korban Tiur Ranna Yani Br Hutabarat mengatakan aksi pengeroyokan dan penganiayaan tersebut bermula adanya 2 ekor anjing peliharaan milik warga berinisial M dan anjing milik korban berkelahi dan memunculkan kebisingan di depan rumah korban.
“Kemudian, saya ke depan rumah dan saya melihat si M memukuli anjing saya, lalu saya suruh anjing saya masuk dan saya sudah meminta maaf kepada M,” bilang korban Tiur Ranna Yani Br Hutabarat sembari menangis.
Dijelaskan korban, anehnya DN bersama 3 orang anaknya itu tak tahu menahu duduk persoalannya, tiba-tiba ikut nimbrung datang ke rumah korban dan langsung marah-marah hingga membuat keributan dan menganiaya korban.
“DN dan 3 orang anaknya itu tak tau menahu duduk persoalan, langsung ikut nimbrung datang menyerang saya lalu marah-marah hingga membuat keributan dan juga menganiaya saya,”kata korban
Menurut korban, anak berenak itu secara bersama-sama menghina, mencaci dengan kalimat merendah kan. Bahkan korban juga mengaku dibilang pelaku, orang miskin, harus dimusnahkan,makan dari lubang pantatnya.
Selain itu palaku juga mengatakan, kalau korban perempuan hina, hamil di luar nikah, jadi tepat di depan rumah korban para pelaku yakni anak-beranak tersebut menganiaya korban dengan menoyor, menjambak rambut, meludahi dan mendorong korban.
“Mereka menghina, mencaci dan mangatakan kalau saya orang miskin, harus dimusnahkan, makan dari lubang pantatnya. Saya juga dibilang perempuan hina, hamil di luar nikah. Tak hanya itu. Tepat di depan rumah saya ini, para pelaku yakni, anak-beranak tersebut juga menganiaya saya, dengan menoyor, menjambak rambut, meludahi saya dan parahnya lagi anak laki-lakinya ikut mendorong saya sambil memvideokan saya,” beber korban yang mengaku sangat trauma dengan perilaku anak beranak yang menyerangnya itu.(lin)