Merasa Difitnah, Kasek SD Dituding Homo Akan Laporkan Belasan Oknum Guru ke Polisi

0
853

Kepala Sekolah SDN 064025 Medan Tuntungan, Jamahi Saragih saat memberikan keterangan kepada wartawan.

MEDAN (media24jam.com) – Kepala Sekolah (Kasek) SDN 064025 Medan Tuntungan,  J.Saragih (JS) mengutuk aksi demo yang digelar para orangtua murid yang menuduhnya memiliki kelainan seks (homo/LGBT) pada Rabu (23/12/2020) kemarin .

Menurutnya, tuduhan itu tidak manusiawi yang diduga ditunggangi oknum yang berusaha melakukan pembunuhan karakter.

“Ya tuhan, semua tuduhan itu bohong. Selama 27 tahun saya tidak berbuat penyimpangan sex, apalagi berbuat kurang ajar di lingkungan sekolah. Jadi apa alasan para pendemo itu bisa memvonis saya dengan cara yang tidak manusiawi seperti itu. Sampai saya diminta turun  dari kepsek, apa alasan mereka. Tentu bukan mereka yang menentukan,” sebut J.S saat ditemui media24jam.com di Medan, Kamis (24/12/2020).

“Sampai detik ini saya serahkan semua keputusan kepada walikota, karena yang mengeluarkan SK dan melantik saya adalah walikota. Saya cukup berlapang dada, bila pimpinan menilai kinerja saya tidak baik dan benar saya seperti tuduhan mereka tadi maka saya ikhlas, apalagi sampai detik ini saya hanya dipanggil datang baru sekali ke dinas (Disdik Medan-red) dan pihak dinas baru datang sekali ke sekolah,” tambah JS.

Ditegaskannya kasek berusia 48 tahun ini, semua permasalahan ini terjadi karena adanya kepentingan seseorang yang ingin menjatuhkan dirinya yang ingin menjadi  kasek.

“Meskipun sudah sangat mengganggu pikiran istri dan anak-anak saya, tapi saya lapang dada saja karena semua tuduhan itu tidak benar sama sekali. Jadi kalau mereka mau menjatuhkan saya tolong lah jangan caranya seperti ini dengan mengatakan saya LGBT, tuduhan yang tidak benar ini bisa berpengaruh pada perkembangan masa depan anak saya dan keluarga saya,” tegasnya.

Hanya saja, sambung JS lagi, sikap diamnya bukan membenarkan tuduhan para pendemo. Dirinya sudah mengumpulkan semua alat bukti berupa screenshoot di sosial media Facebook tentang semua yang dituduhkan terutama tudingan LGBT tadi.

“Jadi yang mau saya laporkan itu adalah tuduhan dan fitnah itu. Karena sekali pun saya tidak pernah berbuat seperti yang mereka tuduhkan. Ada belasan orang yakni oknum guru yang akan saya laporkan, apalagi mereka melakukan aksi demo itu di jam kerja jadi semua yang mereka lakukan itu sudah menyalahi,” bebernya.

Dijelaskannya, salah satu yang akan dilaporkannya adalah akun bernama, Jefri Simbolon sudah memulai dengan postingan menyebut dirinya LGBT sejak April 2020 lalu. Selain itu, postingan-postingan lainnya yang dilakukan sejumlah oknum guru dengan seruan menuding JS homo, menolak kepala sekolah LGBT, Kepala sekolah suka sesama jenis, Kepala sekolah arogan, tidak berakhlak, dan diktator, semuanya sudah discreenshoot untuk menjadi bukti.

“Jadi ada beberapa nama oknum guru di antaranya berinisial, DR, LS, DDS, yang siap kita laporkan ke polisi,” tegas JS lagi.

JS menjelaskan, dugaan masalah ini sebenarnya bermula pada Januari 2019 lalu sejak JS dilantik dan sebulan bertugas hingga timbul masalah ini. Pertama, orang tua murid keberatan dengan adanya pungli untuk acara ulang tahun, namun JS bisa selesaikan karena tidak terbukti.

Kedua, adanya ajakan les dari wali murid yang orangtua siswa merasa keberatan, kembali JS bisa selesaikan masalah ini. Kemudian, ketiga, JS dituding otoriter, diktator, arogan karena tidak memberi orang tua murid duduk berkumpul di saat jam belajar di sekolah.

“Itu memang saya berlakukan kalau dalam jam belajar karena lingkungan sekolah kita tidak memungkinkan yang sangat sempit sekali, dan ini pun bisa saya selesaikan dengan orang tua siswa,” jelasnya.

Permasalahan terus menerus datang mulai dari JS dituduh menjual buku penghubung sekolah, menjual atribut simbol dan baju olahraga di sekolah, lalu dibilang tidak kompak dengan guru-guru di sekolah itu hingga sampai dilaporkan ke dinas, bahkan sampai JS juga dituduh tidak mengeluarkan uang honor guru hingga JS dituding melakukan penistaan agama dengan melarang kegiatan pengajian untuk guru beragama muslim.

“Padahal saya hanya melarang kalau lagi jam belajar guru jangan sampai meninggalkan kelasnya, bukan melarang pengajian,” ungkap JS.

Tidak sampai di situ, JS juga dianggap tidak mau menandatangani raport padahal 24 kelas 19 kelas di antaranya sudah diteken dua hari sebelum menerima raport. Lalu JS juga dituduh dibackup oleh Kepala Dinas Pendidikan Kota Medan yang waktu itu Plt nya dijabat Masrul Badri dan terakhir JS dituding di medsos dengan tuduhan LGBT dengan memajang fotonya bersama seorang pria yang dikatakan memiliki hubungan tertentu hingga viral sampai sekarang.

“Jadi inti semua tuduhan itu adalah tidak benar, mereka hanya ingin saya keluar dari sekolah ini, saya yakin ada seseorang di balik ini semua yang menginginkan saya keluar dari jabatan kepala sekolah. Sebab ini sangat aneh, mereka mengatasnamakan semua guru di sekolah ini padahal hanya belasan guru saja yang ikut demo,” tutupnya.(zul)

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here