Kami Para Guru Juga Punya Cerita

0
666

Penulis
SYAFRIDA ERNAYANTI,S.Pd.,M.Pd.

MEDAN (media24jam.com) – Sudah hampir setahun pandemi covid –  19 menyerang dunia termasuk negeri kita tercinta Republik
Indonesia.

Hampir semua aspek kehidupan menjadi terganggu karenanya. Pemerintah di negara kita juga mengadakan berbagai kebijakan untuk dapat mensiasati segala situasi agar kehidupan masih tetap bisa berjalan dengan semestinya.

Setelah adanya beberapa kebijakan yang kita jalankan maka saat ini kita memasuki kebijakan New Normal. Di mana dalam situasi ini kita tetap bisa menjalankan segala aktivitas seperti biasa dengan mengikuti standar prosedur kesehatan yaitu mencuci
tangan,memakai masker dan menjaga jarak.

Dengan adanya New Normal ini maka segala aktivitas di luar rumah kembali berjalan seperti biasanya.

Mall, Pasar, kantor, tempat hiburan, tempat ibadah, terminal, stasiun,bandara dan semua
fasilitas umum kembali dibuka, ini semua untuk menjaga keseimbangan ekonomi negara ini dari lapisan terbawah sampai lapisan teratas.

Lantas mengapa semua boleh berjalan kembali seperti biasanya kecuali di bidang Pendidikan.  Pemerintah membuat kebijakan ini tentulah sudah
memikirkan dan mempertimbangkan segala kemungkinannya dan kita harus yakin semoga hal ini adalah yang terbaik yang bisa kita lakukan.

Dalam bidang Pendidikan tidak diperbolehkan untuk pembelajaran langsung secara tatap muka.
Kebijakan yang berlaku disini adalah segala aktivitas pembelajaran dilakukan daring yaitu pembelajaran jarak jauh dari tingkat paling dasar sampai tingkat yang paling tinggi.

Dengan segala keterbatasan yang ada kita pasti akan menghadapi berbagai kendala dalam menjalankan kebijakan
ini.

Saya adalah seorang guru di salah satu Sekolah Dasar Negeri yang ada di pinggiran Kota Medan.

Siswa-siswi sekolah dasar yang mayoritas umur anaknya dari 6 sampai 12 tahun adalah fase di mana
mereka masih sangat intens berkomunikasi secara langsung.

Kita mungkin bisa memberikan
pengertian dan pemahaman soal mencuci tangan dengan baik dan memakai masker setiap saat.

Namun untuk perihal menjaga jarak ini adalah hal yang sulit untuk diterapkan pada mereka terutama jika berada dil ingkungan sekolah apalagi saat istirahat, ke kantin atau saat bermain bersama teman-temannya.

Hal inilah yang kita jaga agar tidak muncul kluster-kluster baru covid 19
di sekolah-sekolah.

Kebijakan ini telah kita jalankan dalam beberapa bulan terakhir, dan bermunculanlah segala macam
keluhan dan sindiran dari para orangtua murid secara langsung maupun di media sosial untuk para guru dan pemerintah.

Semua pihak tau betapa para orangtua menjadi kewalahan harus mengajar
anak di rumah setiap hari di mana semua orang memiliki aktivitas rutin yang tetap harus dijalankan.

Ada yang harus bekerja dil uar rumah, mengurus urusan rumah tangga dan berbagai kesibukan yang
dihadapi setiap hari.

Hal itu sangat dimengerti dan dipahami, sungguh. Karena kami para guru juga
merupakan orangtua di rumah, kami juga mempunyai anak yang sedang bersekolah jadi kami juga
paham apa yang para orangtua murid rasakan.

Kendala yang saya alami dan mungkin juga beberapa teman sejawat mengalaminya selama melaksanakan pembelajaran jarak jauh ini juga terdiri dari beberapa persoalan yang mau tidak mau harus kami hadapi.

Beberapa kendalanya antara lain adalah beberapa murid tidak memiliki
handphone android sehingga kami juga tetap memberikan tugas Luring atau pempelajaran langsung
di sekolah dengan berbagai macam persyaratan yang harus dipatuhi bahkan kami juga terkadang harus mendatangi rumah murid untuk memberi pembelajaran dikarenakan beberapa situasi yang mengharuskan seperti itu.

Kendala tentang perekonomian orang tua murid juga sering kami hadapi.

Karena mereka sering tidak punya paket internet untuk belajar atau mengirimkan tugas anak- anaknya, tak jarang kami menerima tugas yang dikirim anak saat pukul 1 atau pukul 2 dini hari bahkan terkadang beberapa hari setelah tugas diberikan sehingga kami terkadang harus memilah tugas yang sudah terlewat.

Kendala lain yang paling sering terjadi adalah nomer telepon murid yang
selalu berganti-ganti dengan berbagai alasan sehingga kami harus mengeluarkan kontak dari grup
lalu menghapus kontaknya dan kemudian menyimpan kembali kontak yang baru dan memasukkanya
kembali ke grup belajar.

Bayangkan jika ada satu anak tiga kali berganti nomer telepon dalam satu
bulan dan di dalam kelas itu ada sekitar tiga puluhan anak.

Diantara beberapa kendala ini adalah hal yang paling sensitive yaitu soal honor yang kami terima yang katanya kami tidak mengajar tapi tetap digaji, bahkan sering saya mendengar soal makan gaji buta, Astafirullahalazzim.

Kami para guru saat melakukan pembelajaran jarak jauh kami juga
mengajar dari rumah dan kami harus membuat laporan tentang semua pembelajaran yang berlangsung, pekerjaan kami menjadi dobel sebenarnya.

Materi belajar juga menjadi kendala di sini di mana saat kami memberi materi belajar yang banyak maka kami disebut guru yang merepotkan dan disaat kami memberi materi yang sedikit kami
dianggap malas.  Hal ini juga membuat kami merasa serba salah.

Semua kejadian diatas adalah sebahagian kendala yang kami hadapi.

Semua ini bukanlah keluhan
atau penderitaan, ini hanya cerita yang kami alami saat ini,saat Pembelajaran Jarak Jauh ini kita laksanakan.

Dengan segala keterbatasan kami berusaha sebaik mungkin tetap melaksanakan tanggung jawab kami sebagai pendidik.

Sebaiknya para orangtua bekerja sama dengan para guru untuk membimbing anak-anak kita belajar dalam situasi ini sehingga semuanya masih bisa berjalan
dengan baik. Marilah kita saling menghargai dan sama-sama berdoa agar pandemi di negeri kita tercinta ini segera selesai.(*)

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here