MEDAN,(media24jam.com) – Lembaga Independen Pemerhati Pembangunan Sumut (LIPPSU), Yayasan Daun Sirih dan Kerapatan Adat Sultan Bilah, melakukan audensi dengan Pemerintah Provinsi Sumut dan ditemui oleh Sekda Hj Sabrina, Rabu (26/2/2020) yang lalu di rumah dinas Jalan Mongonsidi Medan, jam 10.00 WIB.
Hj Sabrina menjelaskan, pelestarian budaya Melayu memang harus dikembangkan, karena budaya Melayu merupakan bagian dari budayaan Nasional.
“Pelestarian Budaya Melayu memang harus dikembangkan. Oleh karenanya, apa yang dilaksanakan LIPPSU perlu didukung semua pihak,” kata Sabrina.
Dalam kegiatan itu hadir Ketua LIPPSU, Azhari A M Sinik, pengurus LIPPSU, Admansyah Ginting SE, Indra Buana Tanjung, T Muhammad Risfansyah, dan T Fachrydiansyah, ST.
Sabrina yang merupakan warga Labuhan Batu ini mengatakan berbagai adat yang mencerminkan budaya bangsa perlu terus menerus dijaga dan dilestarikan.
“Budaya bangsa perlu terus menerus dijaga dan dilestarikan,” ujarnya.
Ketua LIPPSU, Azhari A M Sinik mengatakan, audiensi dengan Sekdaprovsu dimaksud untuk memohon kesediaan Gubernur Sumut dan Sekda agar dapat hadir dalam acara yang akan dibuat.
“Kita berharap juga agar gubernur berkenan membuka acara Dialog Napak Tilas Sejarah Kesultanan Pantai Timur sekaligus melaksanakan Pertabalan Sultan Bilah ke X ini,” jelasnya.
Lanjut, dikatakan Azhari, kedua agenda acara ini dilaksanakan, Sabtu, 14 Maret 2020.
Sementara acara pertabalan dilaksanakan di Negeri Lama sedangkan dialog dilaksanakan di Gedung Aula Asrama Haji Rantau Prapat.
“Tujuan dilaksanakan kedua acara ini dalam upaya membangkitkan kembali Peradapan Budaya Melayu, yang hampir hilang di tengah masyarakat milineal saat ini,” kata Azhari.
Ditambahkannya lagi, ini merupakan rangkaian lanjutan serupa. Pada 12 Oktober lalu, LIPPSU juga menggelar dialog tentang sejarah Napak Tilas Kejayaan dan Keruntuhan Kesultanan Langkat di gedung Sekolah Tinggi Agama Islam Jam’iyah Mahmudiyah (STAI JM) Tanjung Pura, Langkat.
Dialog dihadiri Sekdaprovsu, DR Hj Sabrina MSi, Kadis Kabudayaan dan Pariwisata Sumut, Ria Novida Telaumbanua, Kepala Balai Permukiman dan Perumahan Sumut, Dirjen Cipta Karya Kementerian PUPR, Syafriel Tansier, sejarawan Unimed Ichwan Azhari, peneliti sejarah pendidikan Islam Indonesia UIN Sumut, Muaz Tanjung, dosen sosial politik UMSU Shohibul Anshor Siregar, dan pengamat politik, Zulfirman.
Direktur LIPPSU, Azhari AM Sinik, mengatakan, dialog tersebut merupakan bagian dari upaya membangkitkan idealisme peradaban bangsa Melayu.
Masyarakat serta tokoh Melayu diharapkan dapat memanfaatkan momentum dialog sejarah guna membuat Langkat bangkit kembali.
“Dalam momentum ini, kita bangkit, masyarakat dan tokoh-tokoh Melayu. Dialog sejarah ini diharapkan dapat menjadi sarana mentransfer informasi sejarah kepada generasi bangsa sehingga dapat memberi pemahaman dan meningkatkan rasa cinta generasi muda pada tanah air, ” katanya.
Sekretaris Daerah Provinsi (Sekdaprov) Sabrina mewakili Gubernur Sumut Edy Rahmayadi saat membuka dialog sejarah, mengatakan, pihaknya mengapresiasi dialog sejarah itu.
“Kesultanan Melayu Islam Langkat adalah salah satu dari berbagai ragam pemberi warna dalam sejarah Republik Indonesia, oleh sebab itu perlu menjadi perhatian kita semua, transfer informasi sejarah ini sangat penting bagi generasi masa sekarang,” katanya.
Dikatakan Sabrina lagi, dialog dejarah juga diperlukan untuk membangkitkan idealisme kebangsaan dan persatuan. Serta memunculkan rasa kecintaan terhadap etika, adab, dan budaya Melayu Langkat sebagai warisan berharga. (er)