KEPRI, (media24jam.com) – Kasus tindakan pengancaman pemukulan dilakukan oknum sekuriti Rumah Sakit Awal Bros (RSAB) kota Batam yang terjadi pada, Jumat (6/8/2021), sekitar pukul 14.05 WIB, menjadi perhatian publik. Masyarakat kota Batam mempertanyakan standar mutu pelayanan kesehatan dan kenyamanan pasien di rumah sakit tersebut. Kasus arogansi layaknya preman yang disandang oknum sekuriti RSAB terhadap pasien inipun telah viral di media sosial.
Saat dikonfirmasi wartawan pada, Senin siang (9/8/2021), Pihak RSAB ternyata memiliki asumsi sendiri soal kronologi sebab terjadinya insiden itu. Namun asumsi kronologi kejadian yang disampaikan pihak RSAB berbanding terbalik dengan keterangan pasien, saksi, dan fakta dilapangan pada saat peristiwa itu terjadi.
Versi pihak RSAB, melalui staf bidang Quality Service Secure, Maria Yuli, dalam keterangan Pers mengatakan pihaknya telah memintai keterangan para saksi saat berada dilokasi kejadian. “Saksi yang telah kami mintai keterangannya mulai dari sekuriti, petugas loket hingga para perawat. Jadi kami sudah mengetahui kronologi kejadiannya,” ujar Maria.
Asumsi pihak RSAB terkait kronologi awal insiden tersebut, Maria Yuli, menjelaskan jika saat itu pasien berinisial, MS, ini memaksa untuk bertemu dokter pada saat itu juga. Sedangkan dokter yang dimaksud sedang tidak ada karena pada hari ini tidak ada jadwal prahktek di RSAB. Lalu pasien, MS, marah-marah kepada petugas counter pelayanan pasien. “Melihat sikap pasien ini, lalu petugas counter memanggil sekuriti untuk mengamankan pasien MS,” jelas Maria.
Lanjutnya, pihak sekuriti lalu membantu pasien, MS, sesuai SOP yang memang telah diterapkan di RSAB. Namun pasien, MS, tetap marah-marah dan melontarkan kalimat dimana rumah mu kepada sekuriti, dengan suara kuat. Demikian kronologi yang disampaikan pihak RSAB kepada wartawan.
Sementara itu ditempat terpisah, versi pasien MS saat diwawancarai awak media menjelaskan jika apa yang disampaikan pihak RSAB itu mengandung unsur ketidakbenaran. “Tidak ada pemaksaan untuk bertemu dengan dokter pada saat itu juga,” tegas MS kepada wartawan, Senin Sore (9/8/2021). Menurutnya, keterangan pihak RSAB itu tidak sesuai dengan fakta dilapangan dan hanya asumsi sendiri untuk mencari pembenaran pribadi.
Ungkapnya, saat itu Jumat siang (6/8/2021), dirinya mendatangi counter pelayanan pasien untuk mendaftarkan diri, dan ini biasa dilakukan setiap kali ketika ingin melakukan cek kesehatan sesuai jadwal di Surat Perjanjian Kunjungan kepada dokter yang selama ini menangani penyakit, MS.
“Jadi sehari sebelum jadwal perjanjian kunjungan dokter itu saya mendaftar untuk mengambil nomor antrian. Karena kalau kita mendaftar di hari H jadwal perjanjian kunjungan, nomor antrian kunjungan dokter selalu penuh, otomatis saya selalu mendapat nomor antrian paling belakang. Jadi pendaftaran sehari sebelumnya itu untuk mendapatkan paling tidak 10 besar nomor antrian. Kalau sampai belasan nomor antrian tubuh saya lemah dan tidak kuat harus menunggu terlalu lama untuk bertemu dokter,” ucap MS.
Lanjutnya, selain mendaftar untuk mendapat nomor antrian, MS, juga ingin mendaftar untuk Rontgen paru-paru sesuai arahan pihak dokter yang menangani penyakitnya. Disinilah pasien, MS, merasa dipersulit oleh petugas counter pelayanan pasien. Petugas counter menolak pendaftaran yang dilakukan pasien, MS, dan mengarahkan agar pendaftaran dilakukan via WhatsApp.
Kemudian pasien, MS, menjelaskan kepada petugas counter jika selama ini dirinya tidak pernah dipersulit dalam proses pendaftaran. Diapun memberi bukti kartu berobat kepada petugas counter. Dalam kartu itu, MS, tercatat sebagai pasien umum rawat jalan RSAB. Sudah lima kali, MS, memenuhi perjanjian kunjungan dokter, dan Sabtu (7/8/2021) ini seharusnya untuk ke enam kalinya MS memenuhi perjanjian kunjungan dokter untuk cek kesehatan. Kepada petugas counter, MS, juga memberi bukti surat perjanjian kunjungan yang telah ditandatangani oleh dokter spesialis.
Meski pasien MS telah menerangkan untuk meyakinkan, namun petugas counter tetap menolak pendaftaran. Lalu tiba-tiba datanglah dua oknum sekuriti RSAB melakukan pengusiran. Mendapat perlakuan yang tidak sopan, MS, lalu mempertanyakan urgensi oknum sekuriti terhadap MS selaku pasien dalam pengawasan dokter RSAB. Cara pengusiran yang dilakukan oknum sekuriti ini terlalu arogan. “Ini rumah sakit, bukan tempat hiburan,” ujar MS saat itu.
Sementara itu, seorang saksi mata ditempat kejadian mengatakan, pertengkaran mulut antara oknum sekuriti dan pasien MS tidak terhindarkan. Suasana ruang loby utama RSAB menjadi gaduh, sehingga menjadi pusat perhatian para pasien dan pengunjung RSAB. Seorang oknum sekuriti sempat mengangkat kepalan tangannya dan mengancam memukul pasien MS yang dalam kondisi sakit. Bahkan oknum sekuriti tersebut dengan arogannya bahkan mengajak pasien MS untuk berkelahi. Insiden itu mereda setelah saksi mata mengatakan kepada kedua oknum sekuriti tersebut jika yang sedang mereka hadapi ini adalah orang sakit (pasien RSAB rawat jalan). Mendengar teguran saksi, kedua oknum sekuriti itupun pergi. Namun, sebelum meninggalkan lokasi kejadian, seorang oknum sekuriti dengan arogannya sempat melontarkan ancaman sembari mengepalkan tangan kepada pasien MS. Mendapat ancaman itu, pasien MS lalu bertanya “Dimana Rumah Mu” kepada oknum sekuriti tersebut. (handreass).